Tuesday, June 26, 2012

Gejala, Penularan, Pencegahan dan Obat Penyakit Cacingan


Cacingan merupakan salah satu masalah utama kesehatan anak di Indonesia. Sanitasi yang buruk dan masih kurangnya kesadaran pola hidup bersih merupakan penyebab utama tingginya jumlah penderita penyakit ini. Seseorang dikatakan menderita cacingan apabila didalam tubuhnya (perutnya) terdapat cacing. Cacing di dalam perut ini bisa keluar dari mulut, hidung atau saat buang air besar dan jika dilakukan pemeriksaan pada tinjanya terdapat telur cacing.

Walaupun tidak menyebabkan kematian, penyakit cacingan perlu ditangani dengan serius karena dapat mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit dan terhambatnya tumbuh kembang anak, karena cacing mengambil nutrisi yang penting bagi tubuh, misalnya protein, karbohidrat dan zat besi.

Tanda dan Gejala Umum Penyakit Cacingan :
- Lesu/ lemas/ loyo/ cepat lelah akibat kurang darah (anemia) 
- Kurus/ berat badan rendah karena kekurangan gizi 
- Batuk tak sembuh-sembuh 
- Nyeri di perut
- Diare
- Perut buncit
- Rambut seperti rambut jagung
- Wajah pucat dan mata belekan
- Pertumbuhan terganggu
- Biasanya anak lebih pendek
- Sering sakit karena daya tahan tubuh rendah
- Prestasi disekolah menurun

Empat jenis cacing yang paling umum menginfeksi manusia :
1. Cacing Gelang (Ascaris Lumbricoides)
Cacing gelang adalah cacing yang paling umum menginfeksi manusia. Cara penularannya melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi telurnya. Dalam usus halus, telur akan menetes dan keluar larva yang dapat menembus usus, mengikuti aliran darah menuju jantung kanan lalu ke paru. Larva dapat merangsang laring sehingga terjadi batuk dan dapat masuk ke dalam saluran cerna melalui kerongkongan. Larva menjadi cacing dewasa di dalam usus halus, dan dalam usia 2 bulan akan bertelur. Dalam sehari seekor cacing gelang betina dapat bertelur hingga 200.000 telur, yang kemudian dibuang ke dalam tinja dan menetas di dalam tanah.

Infeksi ringan cacing gelang biasanya tidak menimbulkan gejala sedangkan pada infeksi yang parah akan menimbulkan gejala gangguan gastrointestinal, kurang gizi, perut buncit dan lesu/ kurang semangat.

2. Cacing kremi (Enterobius vermicularis)
Cara penularannya melalui tangan yang memegang benda seperti baju, kasur, bantal, mainan, uang, peralatan makan, peralatan mandi/toilet, dll yang telah tercemar telur cacing kremi. Kemudian telur cacing yang menempel di tangan tersebut masuk ke dalam tubuh ketika orang tadi memasukan tangannya ke mulut. Telur cacing lalu menetas dalam usus kecil, bergerak turun ke usus besar dan melekat disana sampai menjadi dewasa. Cacing dewasa lalu bergerak ke sekitar dubur dan bertelur, telur ini dapat bertahan hidup selama tiga minggu. Saat itulah penderita akan mulai merasakan gatal-gatal di sekitar anus yang biasanya lebih intens di malam hari, sehingga menyebabkan gelisah dan sukar tidur, ini merupakan gejala khas infeksi cacing kremi.

3. Cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus)
Di Indonesia penderita infeksi cacing tambang tinggi di daerah pedesaan, terutama perkebunan. Infeksi cacing ini disebabkan oleh kebiasaan masyarakat desa yang buang air besar di tanah dan pemakaian feces sebagai pupuk. Cara penularannya melalui larva cacing yang ada di tanah masuk ke kaki manusia yang tidak menggunakan alas kaki dan menembus kulit kaki lalu masuk ke paru-paru melalui sirkulasi darah. Larva kemudian bergerak ke saluran udara menuju tenggorokan dan tertelan lalu menuju ke usus kecil, melekat pada dinding usus dan berkembang menjadi cacing dewasa. Cacing dewasa ini akan menghisap darah dari dinding usus sehingga menyebabkan perdarahan di usus yang ditempati. 

Saat usia lima bulan cacing betina mulai bertelur, telur ini akan dikeluarkan dari tubuh penderita lewat tinja. Jika tinja jatuh ke tanah dan cuaca hangat, telur cacing akan menetas menjadi larva dalam waktu sekitar dua hari. Larva kemudian menjadi dewasa dalam seminggu, dan dapat bertahan untuk waktu yang lama jika kondisi mendukung. Gejala spesifik infeksi cacing tambang yaitu anemia dan keluhan terkait peradangan usus seperti mual, sakit perut, kembung dan diare.

4. Cacing cambuk (Trichuris trichiura dan Trichinella spiralis)
Cacing cambuk banyak ditemukan di daerah tropis, seperti di Indonesia. Daur hidup cacing cambuk mirip dengan daur hidup cacing gelang, hanya pada cacing cambuk tidak ada siklus paru, Jadi cacing langsung ke perut tanpa melewati paru-paru dan tenggorokan. Cacing ini tinggal di usus besar dan terkadang di usus buntu. Gejala yang timbul bisa berupa nyeri perut/ nyeri ulu hati, diare dengan mukus/ lendir kental dan licin, kotoran disertai sedikit darah, anemia ringan, kehilangan nafsu makan penurunan berat badan, terjadi prolaps rektum (penonjolan di daerah anus).

Tips Pencegahan Penyakit Cacingan :
- Menggunakan sumber air yang bersih
- Menyimpan air di tempat yang bersih dan tertutup
- Memasak air minum sampai mendidih
- Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan, sebelum dan sesudah buang air besar dan setelah bermain di luar rumah
- Mencuci sayuran yang akan dimakan mentah
- Hindari anak bermain tanah
- Selalu menggunakan alas kaki ketika keluar rumah
- Membersihkan dan memotong kuku secara teratur
- Jangan biasakan menggigit kuku/ memasukan tangan ke dalam mulut
- Minum obat cacing secara rutin tiap 6 bulan sekali, misalnya Combantrin, Vermox

Tips Perawatan dan Pengobatan Penyakit Cacingan :
- Minum obat cacing dan vitamin sesuai dosis
- Mengkonsumsi makanan yang bergizi
- Terapkan pola hidup bersih untuk menghindari terkena penyakit ini kembali
- Segera berobat ke dokter jika setelah minum obat cacing, penyakit cacingan belum juga sembuh, agar dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui secara pasti jenis cacing yang menginfeksi dan dapat diberi obat yang lebih tepat

2 komentar:

Unknown said...

thenkyou. ini sangat membantu :)

Anonymous said...

Nice info.. :)

Post a Comment