Autisme atau lengkapnya
Autistid Spectrum Disosder adalah gangguan dalam fungsi
otak yang pada sebagian besar kasus autis penyebabnya melibatkan kombinasi faktor genetik, faktor lingkungan dan
perkembangan awal otak. Gejala/ ciri-ciri autis biasanya mulai muncul antara tahun pertama dan kedua
kehidupan anak seperti keterlambatan berbicara, kelainan pada
perilaku, interaksi sosial/ kesulitan dalam hal berkomunikasi dengan orang lain dan sibuk sendiri dengan dunianya/ perilakunya.
Anak autis juga memiliki fungsi organ yang berbeda dari orang normal pada umumnya sehingga dalam hal memilih makanan untuk
penderita autis tidak boleh sembarangan. Gejala hiperpermeabilitas usus, malabsorbsi, enterocolitis, gangguan detoksifikasi, gastrointestinal dan peradangan usus seperti diare, sembelit dan
kembung dan nyeri GI sangat umum terjadi pada penderita autisme.
Peradangan usus biasanya disebabkan oleh kepekaan terhadap makanan dan
aktivitas bakteri sehat dalam usus. Gangguan pencernaan ini akan
berakibat fatal bagi kesehatan penderita karena menyebabkan kekurangan gizi dan gangguan fungsi
seluler yang dapat mengganggu fungsi otak dan melemahnya sistem
kekebalan tubuh.
Dalam memberikan makanan untuk anak autis, orangtua perlu memperhatikan agar makanan yang dikonsumsi tidak memperparah keadaan sistem pencernaan anak tersebut, akan tetapi kebutuhan gizinya tetap terpenuhi. Selain itu, hal penting yang perlu diperhatikan, anak autis cenderung menyukai satu jenis makanan saja dan tidak suka mengkonsumsi sayur dan buah. Oleh karenanya penggantian pola makan pada anak autis harus dijalankan secara konsisten.
Tips memilih makanan untuk anak autis :
- Hindari bahan makanan dari susu sapi dan olahannya, bahan pengganti : susu kedelai, susu almond, susu kacang hijau.
- Hindari bahan makanan dari gluten dan casein seperti : tepung terigu, mie, oats, bahan pengganti : tepung beras merah, tepung beras, tepung kedelai, tepung spelt, bihun, spageti dari beras, jagung, kwetiau dari beras.
- Hindari tepung maizena atau tepung lainnya sebagai pengental, bahan pengganti : tepung tapioka, tepung kentang, tepung beras.
- Hindari : margarin, bahan pengganti : margarin tak terhidrogenasi.
- Hindari : kacang tanah, almond (beserta produk olahannya), jika alergi, bahan pengganti : pistachio, kacang mete, walnut, pecan, hazelnut, biji wijen, biji bunga matahari, biji labu kuning.
- Hindari : garam, bahan pengganti : gunakan ½ bagian dari jumlah yang tertera di resep.
- Hindari : gula pasir, bahan pengganti : fruktosa (gula buah), madu, sirup beras, molasses, sirup maple, sirup konsentrat bauh-buahan.
- Hindari biskuit dan roti yang dibuat dari bahan susu sapi, terigu,
dan zat adiktif, bahan pengganti : tepung beras, makanan yang berbahan susu soya, makanan dari
singkong, ubi atau kentang.
- Hindari yang banyak mengandung gula seperti
permen, soft drink dan sirup, bahan pengganti : gula merah atau pengganti gula.
- Hindari buah yang mengandung fenol alami seperti buah apel, anggur, melon, strawberi, tomat, plum dan jeruk, ganti dengan buah nanas, sirsak, kiwi dan pepaya.
- Untuk mengurangi dan menyembuhkan peradangan usus, berikan makanan yang kaya akan
sifat anti-inflamasi seperti asam lemak omega-3 yang ditemukan dalam
minyak ikan seperti ikan salmon, ikan sarden, biji rami dan kenari.
- Untuk mengurangi
peradangan usus serta meningkatkan jumlah bakteri usus yang sehat, berikan makanan yang mengandung pra dan probiotic. Probiotik ditemukan dalam makanan fermentasi seperti yoghurt non-susu
dan fermentasi minyak ikan cod. Makanan yang mengandung prabiotik juga
tinggi serat larut yang bermanfaat seperti pisang, asparagus,
kacang-kacangan, bawang putih dan daun bawang.
- Hindari memberikan makanan yang memperburuk gejala fisik, seperti ragi
yang akan menyebabkan pertumbuhan bakteri berlebih di usus yang
berbahaya bagi pecernaan anak autis.
- Hindari makanan yg berpestisida dan yang mengandung pewarna buatan, penambah rasa, pengawet, cuka dan MSG.
Dengan
sistem pencernaan yang sehat, maka daya tahan tubuh anak autis pun
dapat optimal dan ini dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.
health.detik.com
www.dunia-ibu.org
0 komentar:
Post a Comment